Gubernur Nusa tenggara timur (NTT), Victor Bungtilu Laeskodat membuka empat kegiatan di gereja Pola Kalabahi Alor pada 19 Oktober 2021. Empat kegiatan yang di laksanakan serentak yakni , pertemuan para tokoh lintas agama seNTT, Festifal Dugong, di Mali ,Festifal Alquran tua di Alor besar, dan lomba paralang di bukit bedoe desa hulnani .
Dalam sambutannya pada pembukaan Empat kegiatan tersebut, mantan anggota DPR RI dari fraksi Partai Nasdem itu mengatakan, hari ini kita membuka sebuah momen yang sangat penting karena topik yang di angkat adalah, moderasi agama dan Parawisata . Ini dua hal yang tidak bisa di pisahkan . Bicara tentang agama adalah soal iman dan bicara soal Parawisata adalah soal kemampuan untuk melakukan hal-hal yang tidak ada menjadi ada .
Dikatakannya, ciri khas orang- orang spritual atau beragama yakni, membawa harapan bagi banyak orang.” Jadi orang yang sembayangnya bagus tapi tidak berguna bagi orang lain ,maka dia hanya sembayang untuk dirinya , jadi saya pikir, Tuhan pun tidak suka lihat mukanya. Kita suka lihat orang bergereja atau pergi ke masjid tapi tidak membangun atau berguna buat orang lain,lalu hanya input untuk diri sendiri maka percuma saja”, ujar Laeskodat.
Dalam sambutan ketika mengahadiri sebuah acara Saya sering mengkritik, jika kita beragama dan hanya untuk ritual agamanya saja tanpa autput dan autcam, maka kita sementara mencederai agama kita sendiri, tandas Laiskodat.
Sama dengan Parawisata. Dimana teori fokus mengatakan yaitu, satu dan besar lebih baik daripada banyak tapi tidak sempat di urus .
” Misalnya sebuah acara yang dilaksanakan secara serentak yakni, Festifal Dugong, Alquran tua, atau Paralayang dan sebagainya. Tapi kalau kita fokus pada satu kegiatan saja lalu kita urus untuk masuk dalam kelender tahunan itu baru hebat. Tapi kalau setiap saat di tonton orang, sama ibaratnya, kalau sudah murahan tidak akan orang mau kawin” ujarnya.
Untuk itu lanjut Laeskodat, Pemda Alor harus mampu merumuskan satu pariwisata yang eksklusif yang di agendakan secara rutin setiap tahun . Kita harus bedakan momen mana yang di lepas untuk umum dan mana yang di agendakan secara eksklusif setiap tahun .
” misalnya, siapapun yang datang untuk mau lihat Dugong, harus katakan tidak bisa. Kalau mau datang, ada tanggal dan bulan yang jelas Itu baru festival yang mahal, namun kalau tiap hari orang dilihat orang maka jadi murahan .
Contoh lain lagi, kata Laeskodat, adalah daiving. Kita akan desain menjadi satu kesatuan dari pulau Flores sampe di Alor. Jadi tidak ada orang yang datang daiving sembarangan, kalau tidak membeli paket secara keseluruhan. Sehingga ada keuntungan juga buat Alor , tandas ketua DPD partai Nasdem NTT dengan tegas .
Jadi kata Laeskodat, melakukan sebuah kegiatan Parawisata, pemerintah daerah harus fokus pada satu kegiatan yang di rancang sebaik-baiknya agar dapat mengundang perhatian publik.
Menurutnya, kalau melakukan semua kegiatan secara serentak maka tentu tidak akan fokus . ” Kalau mau buat Festifal Dugong maka harus fokus, untuk itu semua di pusatkan di lokasi Dugong. Baik UKMnya, dan ekonomi kreatifnya serta semua kegiatan lain di fokuskan di festival dugong, ujarnya.
Perlu di ketahui semua acara di buka oleh gubernur secara serentak di gereja Pola , namun ritual pelaksanaannya festival dugong, di hadiri oleh kadis Parawisata NTT, Soni Libing, lalu festival Alquran tua di hadiri oleh kadis Kominfo NTT , Abaraham Moulaka.
Gubernur NTT membuka kegiatan tersebut dengan ditandai pemukulan gong sebanyak lima kali. Selain itu juga, menandatangani prasasti pembangunan gedung ishak- Ismail yang akan di bangun di aikoli kang ***