Kalabahi,metroalor.com. Diduga PT Tri Karya Marada yang mengerjakan 12 unit sekolah yang tersebar di beberapa kecamatan di kabupaten Alor pada tahun anggaran 2022 ini telah diputuskan hubungan kerja(PHK) oleh pejabat pembuat komitmen (PPK)balai prasarana permukiman wilayah II NTT, kementerian pekerjaan umum dan perumahan rakyat propinsi NTT. Padahal ada beberapa gedung lama yang selama ini dipakai untuk belajar mengajar telah dibongkar rata tanah oleh Kontraktor pelaksana, PT Tri Karya Marada.
Lalu bagaimana dengan nasib kegiatan belajar dari anak- anak sekolah yang bangunan lamanya telah dibongkar?.
Demikian sumber informasi yang dihimpun media ini dari lokasi proyek danĀ informen dari Kupang pada 12/9/22. Perusahan tersebut DiPHKan,pasalnya sudah SCM ketiga, karena progresnya tidak naik secara signifikan dalam dua bulan terakir ini, maka DiPHKan oleh PPK.

Salah satu orang tua murid SD Inpres Laton yang ditemui media ini di desa manatang pada 12/9/22 mengatakan, pembangunan sekolah ini sudah tidak jalan sekitar dua minggu. Sedangkan anak murid mestinya sudah pakai gedung ini sebelum musim hujan . Tapi kenyataannya,gedung ini belum juga kelar.
Sementara bangunan lamanya sudah dibongkar rata tanah, lalu anak-anak mau belajar dimana jika gedung ini belum selesai karena sekitar dua bulan lagi sudah musim hujan ,kesalnya.
Sementara itu, ditempat terpisa para pekerja(tukang) Jhon Nubatonis, di SD Negeri dulolong yang ditemui media mengatakan, akan menjual semua material untuk biaya pulang kampung dan biaya hidup mereka. Pasalnya sudah dua bulan upah mereka tidak dibayar oleh PT Tri karya Marada. Upah yang di janjikan dalam kontrak kerja yakni kepala tukang Rp110.000/ hari sedangkan buruh Rp.90.000/hari dan makan ditanggung oleh perusahan, jatah beras perhari 3 kg. Kenyataanya, upah mereka dikebiri lagi dari 120 ribu turun 70 ribu sedangkan 90 ribu turun menjadi 65 ribu, sebut Nubatonis
Dijelaskan juga, soal penggunaan material khusunya besi , dalam Rencana anggaran biaya(RAB) besi untuk tiang 12 Mili dan untuk gelangnya besi 8 Mili, namun kontraktor pengadaan besi 6 Mili untuk gelangnya.
” Ini kontraktor sudah makan dari pengadaan besi. Tapi tidak bayar upah kita secara teratur dan tidak kasih jatah beras lagi .Untuk tiga minggu belakangan ini kami dikasi makan oleh guru-guru dan masyarakat disekitar sekolah ini . Jadi kami jual ini besi untuk biaya pulang kampung dan sebahagian kasi keluarga”, tandas pria asal Kupang ini.
Sementara itu ,Pak Eko PPK yang pernah dikenal saat turun survei lapangan pembangunan SD negeri probur dua dan SD Inpres Hopter kecamatan Abad dan Abad selatan yang dikonfirmasi via hednponya pada 13/9/22 membantah Dirinya bukan PPK dari pekerjaan rehabilitasi dan renovasi sarana prasarana sekolah, tapi PPK Jalan, sebutnya. Sedangkan sumber informasi dari salah satu pengawas dari kontraktor yang mengerjakan jalan dari sumber dana APBN, Dana pinjaman dan APBD menyebut tidak ada nama Pak Eko untuk PPK proyek jalan. “Dulu pernah ada tapi beliau sudah pindah ke Jawa satu tahun yang lalu”, terangnya.
Pihak kontraktor yang Pak Falo yang dihubungi media ini berjanji akan konfirmasi dulu kepada pengawas. ***