Kalabahi, MetroAlor.com- Para pedagang sayur ,ikan dan kebutuhan lain di pasar lipa Kalabahi, Alor, NTT, khususnya pemakai jasa yang berada dalam pasar terpaksa menjajakan jualannya diatas air kolam dan lumpur.
Pasalnya, atap gedung pasar yang dibangun pada empat tahun lalu dengan dana miliyaran rupiah tersebut telah bocor . Sehingga ketika hujan ,banjir dan air tergenang dimana- mana.
Beberapa pedanggang yang ditemui metroalor.com pada 16/5/22 merasa kesal karena, kewajiban mereka selalu bayar yakni, retribusi harian dan pajak bulanan secara rutin, tapi fasilitas yang dibangun oleh pemerintah kabupaten Alor tersebut, tidak diperhatikan, bahkan terkesan dibiarkan saja oleh dinas perdagangan.
Marta, salah satu pedagang sayur asal desa petleng dengan lantang mengatakan, semua upaya dan solusi telah kami lakukan. Antara lain, bertemu dengan anggota DPRD kabupaten Alor dan kepala dinas perdagangan, namun hasil Nihil.” Kita Pigi bapak dan ibu dewan bilang, akan panggil pemerintah untuk memperbaikinya. Sementara kepala dinas perdagangan omong bilang tidak ada anggaran untuk perbaikan atap yang bocor itu ,jadi kami pusing. dipimpong seperti bola guling saja”, tandas Marta.
Akhirnya, kami mencari solusi sendiri yakni, patungan biaya untuk beli pasir, dan seng(talang) untuk perbaiki atap yang bocor , tapi bocor lagi.
” Kami kumpul uang mulai angka 2 ribu hingga 10 ribu, untuk beli seng dan perbaiki talang yang bocor tapi, om lihat sendiri sudah bocor lagi to? . Sementara pasir yang kami beli sepuluh karung itu untuk timbun dilantai yang tergenang air ,tapi sama saja, tetap lumpur dan becek”, kesal Marta.
Namun kata Marta, dengan kondisi seperti ini, tidak membuat kami patah semangat. Karena kalau tidak jualan , mau menghidupi keluarga dan biaya anak sekolah dari mana?, siapa yang tanggung, sebut Marta .
Sementara itu Nurjanah, pedanggang ikan kering, yang membayar retribusi seribu rupiah setiap hari mengatakan, kalau hujan barang jualannya harus ditutup dengan plastik ,karena saluran air( talang) banyak yang bocor,akibatnya semua tempat basah. ” Kalau hujan na ,sama dengan kita ada duduk dilapangan jadi semua tempat kenah hujan. Jadi barang jualan tutup plastik baru kami cari tempat untuk berlindung hujan rendah baru kembali buka jualan lagi”, ujar Nurjanah.
Menurutnya, keadaan seperti ini sudah berlangsung satu tahun . Kami sudah pasrah saja, karena semua upaya sudah ditempuh tapi tidak ada hasil. ” Kami sudah bertemu DPRD, terus pemerintahjuga sudah, tapi jawabannya tidak ada anggaran untuk perbaikan pasar lipa . Kami cuma kesal dan bertanya-tanya, kemana uang retribusi harian dan pajak bulanan dari pasar ini,
Jadi selalu bilang uang tidak ada untuk perbaikan”, tandas Nurjanah.
Menurut Nurjanah, selain retribusi harian dan bulanan, kami juga bayar listrik dan honor penjaga malam. “Ya kalau soal listrik tidak apa-apa kami bayar, tapi Kami heran penjaga malam juga kami kasih uang?. katanya sudah dibayar honornya oleh pemerintah, ko bisa kami kumpul uang untuk dia lagi?”, tanya Nurjanah.
Pasar yang dilakukan peletakan batu pertama oleh menkopolhukam, Wiranto dan menteri dalam negeri, Tjahyo Kumolo ketika itu ,kondisinya sangat memprihatinkan. Seperti yang disaksikan metroalor.com. bahwa,bahagian atap ada beberapa titik kelihatan bolong diperparah lagi dengan lantai tergenang air seperti kolam , sehingga harus dikuras oleh pedagang sebab berdekatan dengan jualannya .
Karena itu para pedagang yang rata-rata ibu-ibu itu berharap Bupati, Drs Amon Djobo dan Wabup, Imran Duru, S.Pd bisa memantau kondisi pasar tersebut lalu memperbaikinya.”Ketika hujan datang, kami harus lari bahkan rela mandi hujan sambil berjualan” tandas pedagang secara beramai-ramai. ***